IJTIHAD PARA SAHABAT DALAM HAL IBADAH
IJTIHAD PARA SAHABAT DALAM IBADAH - Mengaji, jam'iyyahan, sholat, ziarah, baca manaqib, barzanjian, sholawatan dan jenis ibadah lain yang dilakukan dengan format dan waktu yang dijadwal atau ditentukan tanpa ada keyakinan bahwa jadwal dan ketentuan tersebut bukanlah suatu yang wajib secara syar'i, maka hal ini sama sekali bukanlah sesuatu yang terlarang, bahkan sangat baik agar efektifitas kegiatan dan amalan itu berjalan baik dan istiqomah.
Misalnya jam'iyyah sholawat reboan, yasinan setiap jumat, pengajian kitab harian atau mingguan, istighotsah bulanan, manaqiban bulanan, menghatamkan alquran bulanan, one day one juz de el el.. semua ini tidak masalah, walaupun secara jlentreh Nabi SAW tidak memerintahkannya bahkan tidak melakukannya. Bahkan anjuran untuk mendawamkan atau "ngajegaken" suatu amalan itu nyata disebutkan Baginda Nabi SAW: "Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dimudawamahkan (kontinu) walaupun sedikit".
Beberapa contoh para sahabat melakukan ijtihad soal penetapan waktu dalam hal ibadah diantaranya adalah:
Abu Nu'aim adalah Ahmad bin Abdillah bin ishaq. Menurut Ibnu Khollikan dalam kitab "Tarikh"nya mengatakan bahwa Imam Abu Nu'aim adalah salah seorang alimnya ulama hadits, pembesar khuffadz yang tsiqoh, wafat tahun 430 H. Al Ashbihany atau Al Ashfihany adalah sebuah daerah di mesir yang dibangun oleh Iskandar Dzul Qornain, sebagaimana tersebut dalam kitab "Ansab As Sam'âni".
Dalam riwayat lainnya bahwa Sayyidina Utsman RA selalu sholat dan menghatamkan Alquran dalam rokaatnya.
Beliau selalu menghabiskan malam dengan tahajjud.
Hal-hal diatas yang dilakukan oleh para sahabat bukanlah ketetapan dan perintah Nabi SAW dalam soal kebiasaan dan waktunya. Semua adalah hasil ijtihad dan hal ini sama sekali bukanlah hal yg dilarang.
Lihatlah diantara mereka ada yang membiasakan menghatamkan Alquran tiap hari, padahal tidak ada riwayat bahwa Nabi SAW memerintahkan dan mencotohkan hal tersebut. Ada juga yg membiasakan menghatamkan Alquran disetiap sholat malamnya, ini juga kebiasaan yg tidak pernah Nabi SAW contohkan.
Dikampung-kampung banyak juga kita lihat ziarah kubur yang biasa dilakukan seminggu sekali (kamis sore), jamiyyah yasinan malam jumat, tahlil malam rabu, dan lain lain. Bahkan banyak juga ta'lim yg khusus kajiannya lepas asar tiap hari, atau tiap subuh dan lain-lain.
Pengaturan dan jadwal waktu ibadah ini memang "perkara baru", tapi yang pasti dan harus difahami bahwa tidak setiap perkara baru adalah bid'ah tercela dan terlarang.
Diatas adalah sedikit contoh ijtihad sebagian sahabat dalam soal waktu dalam ibadahnya, belum lagi soal lafadz-lafadz dzikir, baik di luar sholat maupun di dalam sholat yang ternyata juga tidak diajarkan Nabi SAW, tapi mereka melakukannya.
Para sahabat lebih memahami soal "perkara baru" ini daripada kita, begitupun para tabi'in, tabi' tabi'in hingga generasi setelahnya yang ternyata banyak sekali "perkara baru" yang mereka lakukan melalui hasil ijtihadnya.
Jika demikian ya wis. jam'iyyahane sing wekel, yasinane ojo males, tahlile sing rajin..
Biasakanlah yang benar, tanpa harus membenarkan setiap kebiasaan.
Mochammad Fuady Abdullah
Misalnya jam'iyyah sholawat reboan, yasinan setiap jumat, pengajian kitab harian atau mingguan, istighotsah bulanan, manaqiban bulanan, menghatamkan alquran bulanan, one day one juz de el el.. semua ini tidak masalah, walaupun secara jlentreh Nabi SAW tidak memerintahkannya bahkan tidak melakukannya. Bahkan anjuran untuk mendawamkan atau "ngajegaken" suatu amalan itu nyata disebutkan Baginda Nabi SAW: "Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dimudawamahkan (kontinu) walaupun sedikit".
Beberapa contoh para sahabat melakukan ijtihad soal penetapan waktu dalam hal ibadah diantaranya adalah:
1. Sayyidina Utsman bin Affan RA.
Dari Abu Nu'aim Al Ashbihany berkata dalam "Hilyatul Auliya"nya: "Berceritan kepada kami Ahmad bin Jafar bin Hamdan, telah bercerita kepada kami Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Ayahku bercerita, menceritakan kepada kami Hammad bin Kholid, menceritakan kpd kami zubair bin Abdillah, dari neneknya yang bernama Ruhaimah, dia berkata: "Sayyidina Utsman selalu berpuasa setahun penuh dan senantiasa membiasakan sholat malam disepertiga malam yg pertama". (Hilyatul auliya 1/56).Abu Nu'aim adalah Ahmad bin Abdillah bin ishaq. Menurut Ibnu Khollikan dalam kitab "Tarikh"nya mengatakan bahwa Imam Abu Nu'aim adalah salah seorang alimnya ulama hadits, pembesar khuffadz yang tsiqoh, wafat tahun 430 H. Al Ashbihany atau Al Ashfihany adalah sebuah daerah di mesir yang dibangun oleh Iskandar Dzul Qornain, sebagaimana tersebut dalam kitab "Ansab As Sam'âni".
Dalam riwayat lainnya bahwa Sayyidina Utsman RA selalu sholat dan menghatamkan Alquran dalam rokaatnya.
2. Sayyidina Umar bin Khoththob RA.
Beliau selalu membiasakan sholat malam full. Begitupun putranya yg bernama Abdullah RA selalu tahajjud tiap malamnya secara penuh.3. Tamim bin Aus bin Khorijah RA
Beliau selalu sholat malam dan menghatamkan Alquran dalam sholatnya.4. Syaddad bin Aus RA
Beliau selalu menghabiskan malam dengan tahajjud.
5. Imam Ali bin Abi Tholib RA
Beliau membiasakan diri khatam Alquran setiap hari.Hal-hal diatas yang dilakukan oleh para sahabat bukanlah ketetapan dan perintah Nabi SAW dalam soal kebiasaan dan waktunya. Semua adalah hasil ijtihad dan hal ini sama sekali bukanlah hal yg dilarang.
Lihatlah diantara mereka ada yang membiasakan menghatamkan Alquran tiap hari, padahal tidak ada riwayat bahwa Nabi SAW memerintahkan dan mencotohkan hal tersebut. Ada juga yg membiasakan menghatamkan Alquran disetiap sholat malamnya, ini juga kebiasaan yg tidak pernah Nabi SAW contohkan.
Dikampung-kampung banyak juga kita lihat ziarah kubur yang biasa dilakukan seminggu sekali (kamis sore), jamiyyah yasinan malam jumat, tahlil malam rabu, dan lain lain. Bahkan banyak juga ta'lim yg khusus kajiannya lepas asar tiap hari, atau tiap subuh dan lain-lain.
Pengaturan dan jadwal waktu ibadah ini memang "perkara baru", tapi yang pasti dan harus difahami bahwa tidak setiap perkara baru adalah bid'ah tercela dan terlarang.
Diatas adalah sedikit contoh ijtihad sebagian sahabat dalam soal waktu dalam ibadahnya, belum lagi soal lafadz-lafadz dzikir, baik di luar sholat maupun di dalam sholat yang ternyata juga tidak diajarkan Nabi SAW, tapi mereka melakukannya.
Para sahabat lebih memahami soal "perkara baru" ini daripada kita, begitupun para tabi'in, tabi' tabi'in hingga generasi setelahnya yang ternyata banyak sekali "perkara baru" yang mereka lakukan melalui hasil ijtihadnya.
Jika demikian ya wis. jam'iyyahane sing wekel, yasinane ojo males, tahlile sing rajin..
Biasakanlah yang benar, tanpa harus membenarkan setiap kebiasaan.
Mochammad Fuady Abdullah