MEMBERI KEBAHAGIAAN KEPADA SESAMA ADALAH SARANA CEPAT MERAIH CINTA SANG PENCIPTA
Abdullah bin Mubarok Rohimahulloh dalam satu hari berjalan bersama muridnya.
Ditengah jalan ada seseorang menyambutnya, memintanya bertamu ke rumah.
Sesampai dirumah, keluarga tersebut menyiapkan makanan untuk menjamu Abdullah bin Mubarok dan muridnya.
Selesai bertamu, Abdullah bin Mubarok dan muridnyapun pamit pergi.
Dalam perjalanan, si murid bertanya: "Ya Syekh... kenapa tadi engkau makan minum, padahal saya tahu engkau berpuasa?".
Abdullah bin mubarok menjawab: "Bukankah kau lihat wajah tuan rumah tadi nampak bahagia dan senang ketika kita makan disana..?" Dia memasak dan menyiapkan makanan buat kita, coba bayangkan seandainya kita menolaknya, betapa kecewa tuan rumah tadi".
Si murid bertanya kembali: "tapi bukankah kau sedang berpuasa?".
Ya benar...jawab Abdullah bin Mubarok.
Lalu beliau melanjutkan: "Aku berpuasa sunah berharap ridho Allah, tapi ketahuilah wahai muridku, bahwa memberi kebahagiaan kepada orang lain adalah sarana cepat untuk meraih ridho dan cintaNya".
Kisah diatas mengingatkan kita akan sabda2 suci Sang baginda Nabi SAW.
Dari Ibnu Abbas RA,Kanjeng Nabi SAW dawuh:
ﺇﻥ ﺃﺣﺐ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ﺇﺩﺧﺎﻝ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ .
"Diantara amal yang paling dicintai Allah setelah amalan-amalan fardhu adalah memberi kebahagiaan kepada sesama muslim".(HR.At Thobroni).
Dari Sayyidah Aisyah RA, Kanjeng Nabi SAW dawuh:
ﻣﻦ ﺃﺩﺧﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ ﺑﻴﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺳﺮﻭﺭًﺍ ﻟﻢ ﻳﺮﺽ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻮﺍﺑًﺎ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺠﻨﺔ .
"Barang siapa memberi kebahagiaan pada keluarga seorang muslim, maka Allah dengan ridhoNya akan memberi syurga untuknya".(HR. At Thobroni dalam Mu'jam al Shoghir 2/51 dam Al Haitsamy dalam Majma' Az Zawa-id 8/193).
Dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah RA: "Kami bersama Rosulullah SAW, saat itu kami melewati Marro Adz dzohron dan beristirahat disana. Lalu Nabi SAW di "aturi" makanan. Nabi SAW ndawuhi Abu Bakar dan Umar RA: "Kalian berdua kemarilah, dan makanlah bersama Abu Hurairah".
Abu Bakar dan Umar RA menjawab: "Kami sedang berpuasa ya Rosulallah".
Lalu Nabi SAW dawuh: "Makanlah kalian demi teman kalian (Abu hurairah), setelah itu kita lanjutkan perjalanan". Lalu keduanyapun makan". (HR.Ahmad 8436, An Nasa-i dalam Al Mujtaba 4/177, Ibnu Khuzaimah 231, Ibnu Hibban 3557 dan Al Hakim 1/433). Al hakim menilai hadits ini Shohih.
"Marro adz Dzohron" salah satu tempat dilembah hijaz. Jika ditempuh dari Makkah ke arah utara sekitar 22 KM. (Al Ma'alim Al Atsiroh,hal:250).
Melihat hadits diatas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa memberi kebahagiaan kepada sesama lebih diprioritaskan oleh Rosulullah SAW daripada puasa sunnah. Ini artinya bahwa porsi syariat lebih banyak interaksinya antar sesama atau hablum minannas. Karena hakikatnya ketika kita menjaga hubungan baik dengan sesama,itu berarti kita sedang dalam ketaatan kepada Allah.
Mochammad Fuady Abdullah.
Ditengah jalan ada seseorang menyambutnya, memintanya bertamu ke rumah.
Sesampai dirumah, keluarga tersebut menyiapkan makanan untuk menjamu Abdullah bin Mubarok dan muridnya.
Selesai bertamu, Abdullah bin Mubarok dan muridnyapun pamit pergi.
Dalam perjalanan, si murid bertanya: "Ya Syekh... kenapa tadi engkau makan minum, padahal saya tahu engkau berpuasa?".
Abdullah bin mubarok menjawab: "Bukankah kau lihat wajah tuan rumah tadi nampak bahagia dan senang ketika kita makan disana..?" Dia memasak dan menyiapkan makanan buat kita, coba bayangkan seandainya kita menolaknya, betapa kecewa tuan rumah tadi".
Si murid bertanya kembali: "tapi bukankah kau sedang berpuasa?".
Ya benar...jawab Abdullah bin Mubarok.
Lalu beliau melanjutkan: "Aku berpuasa sunah berharap ridho Allah, tapi ketahuilah wahai muridku, bahwa memberi kebahagiaan kepada orang lain adalah sarana cepat untuk meraih ridho dan cintaNya".
Kisah diatas mengingatkan kita akan sabda2 suci Sang baginda Nabi SAW.
Dari Ibnu Abbas RA,Kanjeng Nabi SAW dawuh:
ﺇﻥ ﺃﺣﺐ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ﺇﺩﺧﺎﻝ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ .
"Diantara amal yang paling dicintai Allah setelah amalan-amalan fardhu adalah memberi kebahagiaan kepada sesama muslim".(HR.At Thobroni).
Dari Sayyidah Aisyah RA, Kanjeng Nabi SAW dawuh:
ﻣﻦ ﺃﺩﺧﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ ﺑﻴﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺳﺮﻭﺭًﺍ ﻟﻢ ﻳﺮﺽ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻮﺍﺑًﺎ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺠﻨﺔ .
"Barang siapa memberi kebahagiaan pada keluarga seorang muslim, maka Allah dengan ridhoNya akan memberi syurga untuknya".(HR. At Thobroni dalam Mu'jam al Shoghir 2/51 dam Al Haitsamy dalam Majma' Az Zawa-id 8/193).
Dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah RA: "Kami bersama Rosulullah SAW, saat itu kami melewati Marro Adz dzohron dan beristirahat disana. Lalu Nabi SAW di "aturi" makanan. Nabi SAW ndawuhi Abu Bakar dan Umar RA: "Kalian berdua kemarilah, dan makanlah bersama Abu Hurairah".
Abu Bakar dan Umar RA menjawab: "Kami sedang berpuasa ya Rosulallah".
Lalu Nabi SAW dawuh: "Makanlah kalian demi teman kalian (Abu hurairah), setelah itu kita lanjutkan perjalanan". Lalu keduanyapun makan". (HR.Ahmad 8436, An Nasa-i dalam Al Mujtaba 4/177, Ibnu Khuzaimah 231, Ibnu Hibban 3557 dan Al Hakim 1/433). Al hakim menilai hadits ini Shohih.
"Marro adz Dzohron" salah satu tempat dilembah hijaz. Jika ditempuh dari Makkah ke arah utara sekitar 22 KM. (Al Ma'alim Al Atsiroh,hal:250).
Melihat hadits diatas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa memberi kebahagiaan kepada sesama lebih diprioritaskan oleh Rosulullah SAW daripada puasa sunnah. Ini artinya bahwa porsi syariat lebih banyak interaksinya antar sesama atau hablum minannas. Karena hakikatnya ketika kita menjaga hubungan baik dengan sesama,itu berarti kita sedang dalam ketaatan kepada Allah.
Mochammad Fuady Abdullah.