TAHUN KESEDIHAN SANG ROSUL SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM
Tahun ke 10 dari bi'tsah Rosul SAW disebut Tahun Kesedihan ('Âm al Huzn) bagi sang Baginda Nabi SAW.
Bagaimana tidak!, Tahun ini ada dua hal yang membuat hati sang Baginda SAW sedih.
Pertama, beliau SAW kehilangan Abu Tholib. Paman beliau yang selama 10 tahun merawat dan menjaga Nabi SAW dari orang-orang musyrik yang hendak menyakiti Nabi SAW. Wafatnya sang paman membuat baginda Nabi SAW sangat bersedih.
Kedua, Wafatnya Sayyidah Khadijah Al Kubro, istri sholihah yang beriman, membela dan mendukung perjuangan dan dakwah Nabi SAW dengan segenap jiwa raga dan seluruh hartanya. Istri yang selalu menghibur saat Nabi SAW berduka. Istri yang selalu memberi semangat juang dan setiap saat berusaha membahagiakan suaminya.
Rosulullah SAW benar-benar sedih ditinggal dua orang yang teramat Rosul cintai ini. Abu Tholib dan Sayyidah Khodijah.
Kaum musyrikin semakin masif dan gencar meneror dan menyakiti Nabi SAW beserta para sahabat. Keadaan ini membuat kanjeng Nabi SAW berinsiatif untuk pergi ke Thoif, dengan harapan penduduknya mau beriman dan menerima dakwah beliau SAW.
Akhirnya Rosulullah SAW dalam keadaan sedih mengajak sahabat Zaid bin Haritsah RA untuk keluar Makkah menuju Thoif. Kedua insan mulia ini berjalan kaki diatas jalan berkerikil dan dibawah sengat matahari. Keduanya masuk Thoif, namun dakwahnya justru ditentang penduduk thoif. Mereka menganggap Nabi adalah pendusta. Mereka memperolok dan mencaci maki Sang baginda. Bahkan anak-anak dan para budak ikut berkerumun memukuli dan melempari Nabi SAW dengan batu. Kaki mulia Sang Rosul SAW berdarah.
Melihat keadaan ini, Zaid bin Haritsah mencoba melindungi dengan menjadi perisai diri dihadapan Nabi SAW. Zaid bin Haritsahpun akhirnya ikut jadi sasaran dan pukulan batu. Kepalanya bercucuran darah demi membela Baginda Nabi SAW.
Dalam keadaan terluka keduanya segera pergi dan sampailah mereka dipinggir sebuah ladang. Mereka berdua duduk beristirahat dibawah pohon. Nabi SAW mengadukan kesedihannya kepada Allah,Rosulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Malaikat Jibril 'alaihissalam datang dan berkata: "Ya Muhammad!, Allah mendengar keluhanmu. Allah mengutus malaikat digunung, tinggal kau perintahkan apa yang menjadi keinginanmu. Jika kau ingin dua gunung itu dikrepek/gencet biar semua penduduk thoif itu mati, maka tinggal kau bilang saja".
Namun jawaban Rosulullah SAW yang mulia ini justru tidak seperti apa yang ditawarkan. Beliau menjawab: "Jangan ya malaikat, aku berharap kelak muncul dari keturunan mereka orang-orang menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya. Ya Allah berilah hidayah meraka karena mereka belum mengerti sesungguhnya".
Dua orang pemilik kebun datang dan iba melihat keadaan Rosulullah SAW dan Zaid RA. Lalu memerintahkan pembantunya bernama 'Addas membawakan anggur dan menjamu Rosulullah SAW dan Zaid. Nabi SAW mengambil anggur dan berkata "Bismillah" lalu makan. Sementara 'Addas memperhatikannya.
'Addas berkata: "perkataanmu tadi tidak pernah aku dengar sebelumnya dinegeri ini. Nabi SAW bertanya: "Kamu dari mana dan apa agamamu?"
'Addas menjawab: "saya nashroni, saya dari Ninawa".
Lalu Nabi SAW berkata: "oh.., itu desa seorang yang sholih, Yunus bin Matta".
'Addas kaget dan bertanya: "dari mana engkau tahu Yunus bin Matta?".
Nabi SAW menjawab: "Dia adalah saudaraku. Dia seorang Nabi dan akupun seorang Nabi".
Mendengar keajaiban itu (karena memang masa Nabi Yunus As hidup sudah lama dan 'Addas pun hanya mendengar cerita-cerita saja dikampungnya), lalu 'Addas mendekat dan mengecup kepala Nabi, mencium tangan dan kaki Nabi SAW. Lalu bersyahadat.
'Addas RA adalah orang pertama dari kalangan pembantu yang beriman kepada Allah dan RosulNya dalam rihlah Nabi SAW ke Thoif.
Allah 'Azza wa Jalla selepas tahun kesedihan ini akhirnya "menghibur" Nabi, memperkokoh jiwa Nabi, menunjukkan kesejatian Nabi sebagai Nabi dan RosulNya dengan mengangkatnya menemui saudara-saudaranya dari kalangan para Nabi sebelumnya, ditunjukkan berbagai peristiwa luar biasa dan ayat-ayat Allah dalam sejarah perjalanan spektakuker Isro Mi'roj.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻭﻣﻮﻻﻧﺎ ﻭﺣﺒﻴﺒﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ .
Mochammad Fuady Abdullah.
Bagaimana tidak!, Tahun ini ada dua hal yang membuat hati sang Baginda SAW sedih.
Pertama, beliau SAW kehilangan Abu Tholib. Paman beliau yang selama 10 tahun merawat dan menjaga Nabi SAW dari orang-orang musyrik yang hendak menyakiti Nabi SAW. Wafatnya sang paman membuat baginda Nabi SAW sangat bersedih.
Kedua, Wafatnya Sayyidah Khadijah Al Kubro, istri sholihah yang beriman, membela dan mendukung perjuangan dan dakwah Nabi SAW dengan segenap jiwa raga dan seluruh hartanya. Istri yang selalu menghibur saat Nabi SAW berduka. Istri yang selalu memberi semangat juang dan setiap saat berusaha membahagiakan suaminya.
Rosulullah SAW benar-benar sedih ditinggal dua orang yang teramat Rosul cintai ini. Abu Tholib dan Sayyidah Khodijah.
Kaum musyrikin semakin masif dan gencar meneror dan menyakiti Nabi SAW beserta para sahabat. Keadaan ini membuat kanjeng Nabi SAW berinsiatif untuk pergi ke Thoif, dengan harapan penduduknya mau beriman dan menerima dakwah beliau SAW.
Akhirnya Rosulullah SAW dalam keadaan sedih mengajak sahabat Zaid bin Haritsah RA untuk keluar Makkah menuju Thoif. Kedua insan mulia ini berjalan kaki diatas jalan berkerikil dan dibawah sengat matahari. Keduanya masuk Thoif, namun dakwahnya justru ditentang penduduk thoif. Mereka menganggap Nabi adalah pendusta. Mereka memperolok dan mencaci maki Sang baginda. Bahkan anak-anak dan para budak ikut berkerumun memukuli dan melempari Nabi SAW dengan batu. Kaki mulia Sang Rosul SAW berdarah.
Melihat keadaan ini, Zaid bin Haritsah mencoba melindungi dengan menjadi perisai diri dihadapan Nabi SAW. Zaid bin Haritsahpun akhirnya ikut jadi sasaran dan pukulan batu. Kepalanya bercucuran darah demi membela Baginda Nabi SAW.
Dalam keadaan terluka keduanya segera pergi dan sampailah mereka dipinggir sebuah ladang. Mereka berdua duduk beristirahat dibawah pohon. Nabi SAW mengadukan kesedihannya kepada Allah,Rosulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Malaikat Jibril 'alaihissalam datang dan berkata: "Ya Muhammad!, Allah mendengar keluhanmu. Allah mengutus malaikat digunung, tinggal kau perintahkan apa yang menjadi keinginanmu. Jika kau ingin dua gunung itu dikrepek/gencet biar semua penduduk thoif itu mati, maka tinggal kau bilang saja".
Namun jawaban Rosulullah SAW yang mulia ini justru tidak seperti apa yang ditawarkan. Beliau menjawab: "Jangan ya malaikat, aku berharap kelak muncul dari keturunan mereka orang-orang menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya. Ya Allah berilah hidayah meraka karena mereka belum mengerti sesungguhnya".
Dua orang pemilik kebun datang dan iba melihat keadaan Rosulullah SAW dan Zaid RA. Lalu memerintahkan pembantunya bernama 'Addas membawakan anggur dan menjamu Rosulullah SAW dan Zaid. Nabi SAW mengambil anggur dan berkata "Bismillah" lalu makan. Sementara 'Addas memperhatikannya.
'Addas berkata: "perkataanmu tadi tidak pernah aku dengar sebelumnya dinegeri ini. Nabi SAW bertanya: "Kamu dari mana dan apa agamamu?"
'Addas menjawab: "saya nashroni, saya dari Ninawa".
Lalu Nabi SAW berkata: "oh.., itu desa seorang yang sholih, Yunus bin Matta".
'Addas kaget dan bertanya: "dari mana engkau tahu Yunus bin Matta?".
Nabi SAW menjawab: "Dia adalah saudaraku. Dia seorang Nabi dan akupun seorang Nabi".
Mendengar keajaiban itu (karena memang masa Nabi Yunus As hidup sudah lama dan 'Addas pun hanya mendengar cerita-cerita saja dikampungnya), lalu 'Addas mendekat dan mengecup kepala Nabi, mencium tangan dan kaki Nabi SAW. Lalu bersyahadat.
'Addas RA adalah orang pertama dari kalangan pembantu yang beriman kepada Allah dan RosulNya dalam rihlah Nabi SAW ke Thoif.
Allah 'Azza wa Jalla selepas tahun kesedihan ini akhirnya "menghibur" Nabi, memperkokoh jiwa Nabi, menunjukkan kesejatian Nabi sebagai Nabi dan RosulNya dengan mengangkatnya menemui saudara-saudaranya dari kalangan para Nabi sebelumnya, ditunjukkan berbagai peristiwa luar biasa dan ayat-ayat Allah dalam sejarah perjalanan spektakuker Isro Mi'roj.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻭﻣﻮﻻﻧﺎ ﻭﺣﺒﻴﺒﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ .
Mochammad Fuady Abdullah.