Tentang Kehilangan & Menemukan (Atunk Oman)
*Refleksi 2017 (1)
Tentang Kehilangan & Menemukan - Hidup tak bisa diprediksi. Dengan siapa kelak kita bersama dan hidangan apa yang akan kita nikmati. Layaknya katak, ia bisa di darat atau di perairan mencari kehidupannya dengan tenang.
2017 menjadi tahun sejarah bagiku. Di dalamnya, ada dua kontradiksi yang bersamaan menyatu lebur. Tentang kehilangan dan menemukan.
Seorang guru kehidupan--yang jika namanya disebut, hatiku bisa bergemuruh dan pipiku basah air mata--pergi selamanya. Ia membimbingku tulus bertahun-tahun. Memberikan sumber kejernihan, yang menjadikan hatiku dekat dengan-Nya.
***
Di penghujung tahun, aku kembali menemukan ketentraman jiwa, sekaligus keindahan sukma. Seorang sahabat mengajakku menempuh perjalanan panjang. Kami melintasi jalan terjal, gunung, bukit, laut, hingga harus menyeberangi sungai bebatuan tanpa kendaraan.
Di sana, kami selalu menemukan surga di wajah para warga. Tak ada obrolan dunia. Semua tentang mutiara. Televisi bungkam, kearifan memancar di mana-mana. Tanah Sunda yang selama ini hanya mampir sekilas di telingaku menjadi nyata terasa. Indah, sejuk, dan sejuta rasa elok lainnya.
Para guru yang telah sampai puncak menasihati. Bahwa kehidupan berbanding lurus dengan usaha spiritual. "Menanam timun adalah ikhtiar, meskipun rugi dan tak seberapa, Tuhan akan menggantinya dari jalan lain. Berharaplah kepada-Nya, bukan kepada makluk-Nya (tamak)," tuturnya abadi di sanubari.
***
Kehilangan dan menemukan masih terus berlanjut. Tentang siapa yang mau & mampu mendampingi kita menaklukkan samudra kehidupan. Asmara yang dipuja-puja terus silih berganti. Ia datang, lalu pergi. Begitu saja, sampai bulan sabit dan purnama sirna.
Entah sampai kapan keduanya akan berakhir. Pada akhirnya aku yakin, apa yang terjadi itulah yang terbaik dan kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Terlalu kerdil kita mengeja takdir. Cukup syukur sebagai penuntun.
Tuhan tersenyum damai, hanya Dia yang tetap, tak ada kehilangan dan menemukan bagi-Nya. .
Jkt, 1 Januari 2018
#notes #atunkoman
Tentang Kehilangan & Menemukan - Hidup tak bisa diprediksi. Dengan siapa kelak kita bersama dan hidangan apa yang akan kita nikmati. Layaknya katak, ia bisa di darat atau di perairan mencari kehidupannya dengan tenang.
2017 menjadi tahun sejarah bagiku. Di dalamnya, ada dua kontradiksi yang bersamaan menyatu lebur. Tentang kehilangan dan menemukan.
Seorang guru kehidupan--yang jika namanya disebut, hatiku bisa bergemuruh dan pipiku basah air mata--pergi selamanya. Ia membimbingku tulus bertahun-tahun. Memberikan sumber kejernihan, yang menjadikan hatiku dekat dengan-Nya.
***
Di penghujung tahun, aku kembali menemukan ketentraman jiwa, sekaligus keindahan sukma. Seorang sahabat mengajakku menempuh perjalanan panjang. Kami melintasi jalan terjal, gunung, bukit, laut, hingga harus menyeberangi sungai bebatuan tanpa kendaraan.
Di sana, kami selalu menemukan surga di wajah para warga. Tak ada obrolan dunia. Semua tentang mutiara. Televisi bungkam, kearifan memancar di mana-mana. Tanah Sunda yang selama ini hanya mampir sekilas di telingaku menjadi nyata terasa. Indah, sejuk, dan sejuta rasa elok lainnya.
Para guru yang telah sampai puncak menasihati. Bahwa kehidupan berbanding lurus dengan usaha spiritual. "Menanam timun adalah ikhtiar, meskipun rugi dan tak seberapa, Tuhan akan menggantinya dari jalan lain. Berharaplah kepada-Nya, bukan kepada makluk-Nya (tamak)," tuturnya abadi di sanubari.
***
Kehilangan dan menemukan masih terus berlanjut. Tentang siapa yang mau & mampu mendampingi kita menaklukkan samudra kehidupan. Asmara yang dipuja-puja terus silih berganti. Ia datang, lalu pergi. Begitu saja, sampai bulan sabit dan purnama sirna.
Entah sampai kapan keduanya akan berakhir. Pada akhirnya aku yakin, apa yang terjadi itulah yang terbaik dan kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Terlalu kerdil kita mengeja takdir. Cukup syukur sebagai penuntun.
Tuhan tersenyum damai, hanya Dia yang tetap, tak ada kehilangan dan menemukan bagi-Nya. .
Jkt, 1 Januari 2018
#notes #atunkoman