Skip to main content

PENDAPAT ULAMA SALAF TENTANG WAJIBNYA TAQLID

Pendapat Ulama Salaf Tentang Wajibnya Taqlid - Dalam kitab turats ulama disebutkan, bahwa ulama salaf juga mewajibkan taqlid bagi orang awam (bukan mujtahid) kepada ulama yang mujtahid.

Bahkan, al-Hafizh al Iraqi dan Imam al-Qarafi menyebut praktik taqlid kepada ulama yang mujtahid adalah ijma' mulai zaman shahabat.


1. IMAM MALIK BIN ANAS
Dalam kitab adz Dzakhirah, Imam al Qarafi al Maliki menukil dari al Hafizh Ibn al Qashshar, bahwa Imam Malik juga mewajibkan taqlid bagi orang awam.

ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﺗﻘﻠﻴﺪ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺃﻋﻴﺎﻥ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﻛﻤﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﺍﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺃﻋﻴﺎﻥ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﺑﻐﺪﺍﺩ

Imam Malik berkata: "Wajib bagi orang awam bertaqlid kepada ulama mujtahid dalam perkara hukum. Mereka juga wajib berijtihad mencari mujtahid tertentu sebagaimana mujtahid berijtihad terhadap dalil. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang menyelisihi kaum Muktazilah Baghdad".

2. IMAM AHMAD BIN HAMBAL
ﻭَﻣَﻦْ ﺯَﻋَﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﻳَﺮَﻯ ﺍﻟﺘَّﻘﻠﻴﺪَ، ﻭَﻻَ ﻳُﻘﻠِّﺪُ ﺩﻳﻨَﻪ ﺃَﺣَﺪﺍً، ﻓَﻬَﺬَﺍ ﻗَﻮْﻝُ ﻓَﺎﺳﻖٍ

"Barang siapa yang menyangka bahwa dia tidak menganggap taqlid dan tidak bertaqlid dalam agamanya kepada siapapun, maka ini adalah ucapan orang fasiq" (I'lamul Muwaqqin).

Beliau juga berkata:

من تكلم في شيئ ليس له فيه امام أخاف عليه الخطأ

"Siapa yang berbicara sesuatu sementara dalam hal tersebut dia tak ada imam panutan, aku khawatir dia khilaf". (Al Adab asy Syar'iyyah)


3. SALAF BER-IJMA BOLEH TAQLID
Al-Qarafi dalam adz Dzakhirah dan al Iraqi dalam nukilan Musallam ats Tsubut berkata:

ﻗﺎﻋﺪﺓ : ﺍﻧﻌﻘﺪ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺃﺳﻠﻢ ، ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﻠﺪ ﻣﻦ ﺷﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﺠﺮ . ﻭﺃﺟﻤﻊ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ : ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻔﺘﻰ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ، ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ، ﺃﻭ ﻗﻠﺪﻫﻤﺎ ، ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻔﺘﻲ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ، ﻭﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ، ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ، ﻭﻳﻌﻤﻞ ﺑﻘﻮﻟﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﻜﻴﺮ ، ﻓﻤﻦ ﺍﺩﻋﻰ ﺭﻓﻊ ﻫﺬﻳﻦ ﺍﻹﺟﻤﺎﻋﻴﻦ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ

"Telah terjadi ijma, orang yang masuk Islam boleh bertaqlid kepada ulama manapun dia suka tanpa ada pelarangan. Shahabat juga berijma', orang yang meminta fatwa Abu Bakar atau Umar radhiyalllahu anhuma atau taqlid kepada keduanya, maka ia boleh meminta fatwa kepada Abu Hurairah dan Muadz bin Jabal dan yang lainnya dan mengamalkan pendapat mereka tanpa diingkari. Barang siapa yang mengaku dua ijma' ini tidak berlaku, maka hendaklah dia menampilkan dalil".

5. HARUS PUNYA IMAM
Abdullah bin Wahb, pakar hadits murid Imam Malik, berkata:

كل صاحب حديث ليس له امام في الفقه فهو ضال

"Setiap ahli hadits yang tidak memiliki imam panutan dalam fikih, maka dia bisa tersesat".(Al Jami' lil Qairuwani)

Ini bagi ahli hadits yang belum sampai level mujtahid mutlak baik mustaqil atau muntasib.


6. TIDAK BOLEH SEMBARANGAN MENGAMBIL PENDAPAT TETAPI TETAP MERUJUK ULAMA MUJTAHID
Imam Ahmad berkata:

 ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﻤﺼﻨﻔﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﻮﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﺷﺎﺀ ﻭﻳﺘﺨﻴﺮ ﻓﻴﻘﻀﻲ ﺑﻪ ﻭﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺄﻝ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻳﺆﺧﺬ ﺑﻪ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮ ﺻﺤﻴﺢ

"Jika pada seseorang terdapat kitab-kitab karangan yang di sana terdapat sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ikhtilaf shahabat dan tabi'in, maka ia tidak boleh mengamalkan sembarangan dan memilih apa saja hingga menjadikannya sebagai putusan dan pengamalan sampai dia mau bertanya kepada pakar ilmu; mana yang bisa diambil. Dengan demikian dia telah mengamalkan hal yang benar" (I'lam al Muwaqqi'in Li Ibn Qayyim)