PENTINGNYA TALAQQY (Bertatap Muka) Dengan Guru
Bertatap Muka Dengan Guru
Ibnu Khaldun rohimahulloh dalam kitab fenomenal "Muqoddimah"nya, hal; 279 dawuh;
ﺇﻥ ﺍﻟﺮﺣﻠﺔ ﻓﻲ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻭﻟﻘﺎﺀ ﺍﻟﻤﺸﻴﺨﺔ : ﻣﺰﻳﺪ ﻛﻤﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ.
"Rihlah atau perjalanan menuntut ilmu dan bertemu garu secara langsung akan menambah kesempurnaan dalam proses belajar".
Di zaman milenial ini banyak orang hanya mencukupkan diri belajar atau berguru pada media sosial melalui intenet seperti google, youtube dan sejenisnya, yang memang sangat mudah di akses dan praktis bisa diikuti.
Untuk sebagian kalangan ini merupakan ni'mat besar untuk menambah pengetahuan dan wacana keilmuan yang dimilikinya. Namun untuk para pemula dan awam yang mulai mengenal pengetahuan agama harus lebih hati-hati dan teliti dalam menyerap kajian dan bacaan tentang agamanya.
Masalahnya adalah kita kadang tidak tahu siapa yang menyampaikan, siapa yang menulis, bagaimana latar belakangnya, sumber, sanad dan matarantai keilmuan sang penyampai dan penulisnya.
Begitupun materi yang ditulis atau disampaikan kadang masih membutuhkan penjelasan yang akurat dan pemahaman yang utuh. Sehingga ada kemungkinan kita yang membaca dan mendengarkan terjadi miss under standing atau salah dalam memahami materi yang disajikan.
Berbeda dengan talaqqy (bertatap muka) dan mengetahui profil guru secara langsung. Disamping kita mengetahui sanad keilmuan guru yang kita pilih, kita juga bisa bertanya jika terjadi kekurang fahaman dan ketidak mengertian materinya secara langsung.
Malasnya kita datang mengaji secara langsung atau mungkin karena kesibukan yang ada, membuat sebagian kita hanya bisa mengaji melalui medsos.
Ingatlah bahwa ilmu tidak datang kepada kita dengan sendirinya tapi kitalah yang datang menemuinya.
ﺍﻟﻌلم ﻳﺆﺗﻲ ﻭﻻ ﻳﺄﺗﻲ
Bahkan ironisnya ada sebagian kita memang benar-bener sudah merasa cukup ngaji di internet tanpa mau mendatangi guru untuk mengaji. Lebih parah lagi guru ngajinya yang datang, malah jamaahnya "ngumpet", karena sudah merasa cukup ngaji melaui internet tadi.
Ibnu Khaldun Rohimahulloh menyindir kita bahwa proses belajar agama akan lebih sempurna jika ngaji secara langsung. Bahkan lebih jauh ngaji secara langsung adalah salah satu asbab hidayah futuhnya seorang santri. Tersingkapnya hati, fikiran dan kalbu dalam hidayah ilmu.
Dalam riwayat Bukhori dalam Shohihnya, kitab al'ilmi 1/158 bab Al Kruruj fii tholabil ilmi menjelaskan bahwa Jabir bin Abdillah RA ngaji hanya untuk mendapatkan satu hadits saja kepada Abdullah bin Unais harus menempuh perjalanan satu bulan dengan naik kuda.
Lebih detail lagi Imam Bukhori menyebutnya dalam "Adabul Mufrod" bab Al Mu'ânaqoh, hal; 337 melalui jalur Abdullah bin Muhammad bin Aqiel bahwa beliau mendengar Jabir bin Abdillah berkata: "Aku mendengar ada seorang sahabat yang mendapat hadits Nabi SAW di Syam. Dia bernama Abdullah bin Unais RA. Lalu aku beli onta dan aku berangkat naik onta untuk ngaji ke beliau hingga satu bulan lamanya aku sampai di Syam".
Sayyid at Tabi'in Said bin Al Musayyib (lahir tahun 13 H dan wafat 94 H) sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wa An Nihayah 9/100; Imam Malik berkata, dari Yahya bin said, dari Said bin Al Musayyib bahwa beliau dawuh: "Aku sering kali berjalan siang malam untuk ngaji langsung pada guru walaupun hanya satu hadits saja".
Betapa malunya kita yang sudah merasa cukup hanya ngaji melaui medsos tanpa mau datang berguru secara langsung. Kita kehilangan barokah. Kita kehilangan banyak fadhilah dari proses ta'lim kita.
Mochammad Fuady Abdullah.