Skip to main content

Penilaian Masyarakat Terhadap si Kaya dan si Miskin

SI KAYA TETEP BENER, SI MISKIN TETEP SALAH.


ﺇﻥ ﺍﻟﻐﻨﻲّ ﻭﺇﻥ ﺗﻜﻠّﻢ ﻣﺨﻄﺌﺎ ○ ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﺃﺻﺒﺖَ ﻭﺻﺪقوا ﻣﺎ ﻗﺎﻻ
ﻭﺇﺫﺍ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﺃﺻﺎﺏ، ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻛﻠّﻬﻢ : ○ ﺃﺧﻄﺄﺕَ ﻳﺎ ﻫﺬﺍ، ﻭﻗﻠﺖَ ﺿﻼﻻ

"Orang kaya kalau ngomong, walaupun salah, orang-orang akan tetap berkata: "bapak benar" Dan mereka selalu membenarkan apapun yang diucapkan si kaya.

Tapi jika orang miskin bin kere ngomong, walaupun bener, tetep saja banyak orang ngomong: "kamu salah", ngeyel pun tetep salah.

(Tafâshil Al Jumal Syarh Lâmiyah Ibnu Al Wardy Asy Syafi'i, hal; 91).

Sindiran Imam Ibnu Al Wardy ini sering kita jumpai disekitar kita. Orang kaya lebih didengar omongannya daripada orang miskin bin melarat alias kere.

Bahkan jika si kaya ngomong salahpun, orang-orang akan menilainya bener. Sebaliknya orang kere bin gak gableg jika ngomong, bukan hanya orang-orang gak dengerin dan apatis, bahkan sekalipun bener, tetep saja orang-orang menilainya salah.

Ilustrasi diatas bisa juga untuk yang lain, kayak pejabat misalnya, kalau ada pejabat ngomong, orang banyak ngedengerin, tapi kalau orang biasa yang ngomong, biasanya orang pada gak peduli. Padahal belum tentu nilai dari omongan pejabat lebih berbobot dari wong cilik alias wong awam.

Masalahnya adalah kalau orang banyak duit, apalagi jadi pejabat, dengan sendirinya status sosial menjadikannya berbeda ditengah komunitas lainnya. Wibawa dan terhormat. Omongannya didenger dan dipercaya, selalu di ok bos, siap bos,  ok sir, laksanakan gan, sip pak, lanjuuuut de el el. Sehingga kadang membuat penilaian orang jadi subyektif dan tersihir.

Makane, Jangan silau melihat orang yang kaya, biasa saja, semua sudah ada jatahnya masing-masing, rezeki sudah ada jatahnya masing-masing. Tetap adil dan tawassuth fil fikri was sikap.
Ok, fix.

    Baca Juga : Rezekimu Tahu di mana Dirimu dan di mana tempat tinggalmu

Mochammad Fuady Abdullah.