Salafus shalih Tidak Mau Menerima Uang atau Pemberian Dari Raja atau Pemerintah
Salafus shalih Tidak Mau Menerima Uang atau Pemberian Dari Raja atau Pemerintah - Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum dalam menjalani hidup sehari-hari dengan cara yang sangat sederhana, baik dari pakaian, kendaraan, tempat tinggal bahkan makanan yang mereka makan sangat sederhana sekali dan terkesan apa adanya, dalam artian kalau ada, ya dimakan, kalau tidak ada ya ditahan.
Keberadaan ulama salafus shalih rodhiallohu anhum seperti yang tertulis dalam kitab “Thobaqotu ulama’ shufiyah” mereka berada dalam derajat yang agung dan mulia, memiliki sifat zuhud, banyak beribadah dan waro’ dan sangat berhati-hati dalam menggerakkan anggota badannya, baik yang dhohir maupun yang batin, hal ini tak lain karena mereka takut terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Alloh.
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum tidak mau menerima pemberian sesuatu apapun yang berasal raja atau pemerintah walaupun kondisi hidup yang sedang dialaminya dalam keadaan kelaparan yang terdesak dan sangat membutuhkan.
Untuk mengatasi hal yang demikian, yang mereka lalukan adalah mengganjal perut demi meringankan rasa lapar dan sakit di perut sehingga datang pada mereka sesuatu yang memang benar-benar halal untuk dimakan.
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum tidak pernah punya harapan dan cita cita untuk memiliki kendaraan yang bagus (kendaraan yang bagus jaman itu adalah kuda), tidak pula berkeinginan memiliki pakaian yang bagus dan indah menawan (apa yang ada, ya itulah yang bagus), tidak pula mengharapkan makan makanan yang lezat dan gurih, tidak pula berhasrat menikahi wanita-wanita yang cantik jelita, dan tidak ada cita-cita tinggal dirumah atau tempat tinggal yang mewah dan super leg.
Mungkin hanya sesekali saja para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum menikmati tersebut, dan itupun sangat jarang sekali.
مال السلطان انما هو معد لصرفه في المصالح واقامة شعائر الدين وانفاقه على الجند الذابين عن المسلمين ونحن ليس فينا نفع لاحد
Harta benda raja, sesungguhnya disiapkan untuk kemaslahatan para rakyatnya dan untuk menegakkan syiar agama islam, dan untuk belanja keperluan para tentara yang berjuang untuk mengamankan negara dari serangan para musuh yang ingin menghancurkan orang-orang muslim, sedangkan kami, tidak memberikan kontribusi apapun kepada seseorang (jadi tak usahlah kami menerima pemberian itu)
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum sudah merasa cukuk hanya dengan memakan pecahanan roti tawar kering yang lalu mereka basahi dengan air supaya bisa dimakan dan mereka bubuhi dengan garam sebagai penyedap rasa dari roti yang beliau makan.
Hal ini sudah biasa dilakukan oleh para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum, diantaranya adalah Syekh Aminuddin al-ghomari, Syekh Muhammad al-Maghrobi, Syekh Jalaluddin As-suyuthi Rodiyallohu anhum.
Pernah pada suatu hari seorang raja melihat Syekh Muhammad al-maghrobi memakan roti kering yang beliau celupkan kedalam air (supaya bisa dimakan), kemudian sang raja menawarkan kepadanya hadiah seribu dinar, akan tetapi Syekh Muhammad al-Mahgrobi menolaknya dan berkata “wahai raja, tak ada kebutuhan bagiku kepada seribu dinarmu”. Kemudian sang raja pergi dari sisinya dengan membawa seribu dirham yang telah ditawarkan kepada sang syekh sambil menangis dan mendapat pelajaran dari sang syekh
Sekarang ini, di zaman ini yang katanya zaman now, kemana orang-orang yang seperti syekh-syekh di atas?
Masih adakah ulama’ seperti kehidupan beliau-beliau?
Atau sudah punahkan orang-orang yang seperti beliau-beliau?
Wallahu a’lam
Semoga tulisan Salafus shalih Tidak Mau Menerima Uang atau Pemberian Dari Raja atau Pemerintah ini bermanfaat
Keberadaan ulama salafus shalih rodhiallohu anhum seperti yang tertulis dalam kitab “Thobaqotu ulama’ shufiyah” mereka berada dalam derajat yang agung dan mulia, memiliki sifat zuhud, banyak beribadah dan waro’ dan sangat berhati-hati dalam menggerakkan anggota badannya, baik yang dhohir maupun yang batin, hal ini tak lain karena mereka takut terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Alloh.
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum tidak mau menerima pemberian sesuatu apapun yang berasal raja atau pemerintah walaupun kondisi hidup yang sedang dialaminya dalam keadaan kelaparan yang terdesak dan sangat membutuhkan.
Untuk mengatasi hal yang demikian, yang mereka lalukan adalah mengganjal perut demi meringankan rasa lapar dan sakit di perut sehingga datang pada mereka sesuatu yang memang benar-benar halal untuk dimakan.
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum tidak pernah punya harapan dan cita cita untuk memiliki kendaraan yang bagus (kendaraan yang bagus jaman itu adalah kuda), tidak pula berkeinginan memiliki pakaian yang bagus dan indah menawan (apa yang ada, ya itulah yang bagus), tidak pula mengharapkan makan makanan yang lezat dan gurih, tidak pula berhasrat menikahi wanita-wanita yang cantik jelita, dan tidak ada cita-cita tinggal dirumah atau tempat tinggal yang mewah dan super leg.
Mungkin hanya sesekali saja para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum menikmati tersebut, dan itupun sangat jarang sekali.
Kisah
Pada suatu hari seorang raja menarawarkan kepada ulama salafus shalih rodhiallohu anhum sebuah pemberian yang bagus dan mewah yang di ambil dari baitul mall yang dikelola oleh negara, maka beliau ulama salafus shalih rodhiallohu anhum menolak pemberian tersebut dan berkataمال السلطان انما هو معد لصرفه في المصالح واقامة شعائر الدين وانفاقه على الجند الذابين عن المسلمين ونحن ليس فينا نفع لاحد
Harta benda raja, sesungguhnya disiapkan untuk kemaslahatan para rakyatnya dan untuk menegakkan syiar agama islam, dan untuk belanja keperluan para tentara yang berjuang untuk mengamankan negara dari serangan para musuh yang ingin menghancurkan orang-orang muslim, sedangkan kami, tidak memberikan kontribusi apapun kepada seseorang (jadi tak usahlah kami menerima pemberian itu)
Para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum sudah merasa cukuk hanya dengan memakan pecahanan roti tawar kering yang lalu mereka basahi dengan air supaya bisa dimakan dan mereka bubuhi dengan garam sebagai penyedap rasa dari roti yang beliau makan.
Hal ini sudah biasa dilakukan oleh para ulama salafus shalih rodhiallohu anhum, diantaranya adalah Syekh Aminuddin al-ghomari, Syekh Muhammad al-Maghrobi, Syekh Jalaluddin As-suyuthi Rodiyallohu anhum.
Pernah pada suatu hari seorang raja melihat Syekh Muhammad al-maghrobi memakan roti kering yang beliau celupkan kedalam air (supaya bisa dimakan), kemudian sang raja menawarkan kepadanya hadiah seribu dinar, akan tetapi Syekh Muhammad al-Mahgrobi menolaknya dan berkata “wahai raja, tak ada kebutuhan bagiku kepada seribu dinarmu”. Kemudian sang raja pergi dari sisinya dengan membawa seribu dirham yang telah ditawarkan kepada sang syekh sambil menangis dan mendapat pelajaran dari sang syekh
Sekarang ini, di zaman ini yang katanya zaman now, kemana orang-orang yang seperti syekh-syekh di atas?
Masih adakah ulama’ seperti kehidupan beliau-beliau?
Atau sudah punahkan orang-orang yang seperti beliau-beliau?
Wallahu a’lam
Semoga tulisan Salafus shalih Tidak Mau Menerima Uang atau Pemberian Dari Raja atau Pemerintah ini bermanfaat