Skip to main content

Cara Mengetahui Bahwa Allah Sedang Mencintai Kita

Cara Mengetahui Bahwa Allah Sedang Mencintai Kita - Untuk Mengetahui apakah Allah sedang mencintai kita atau sedang murka pada kita atau sedang membiarkan kita, maka hal ini tidak bisa kita lihat dari segi fisik kehidupan kita.

Bisa jadi fisik dan kondisi kita lemah dan itu bentuk dari cinta Allah pada kita, atau bisa jadi kondisi dan fisik kita sehat, segar bugar dan semua tersedia untuk kita tapi Allah cinta pada kita, karena tak selamanya yang punya kecukupan bahkan kelebihan dalam harta benda disebut sebagai orang yang dimurkai Allah. Buktinya ada nabi-nabi Allah yang kaya dan kondisi penuh kecukupan. ataupun sebaliknya

Memang benar adanya ada hadits dari nabi kita Muhammad Shollallohu alaihi wasallam bahwa "apabila Allah Mencintai seorang hambanya, maka Dia akan mengujinya (dengan berbagai hal yang tidak di sukainya)".

Dari Arti hadits di atas, tidak bisa langsung ditarik kesimpulan bahwa apabila Allah tidak mencintai, berarti Allah tidak pernah Mengujinya.

Hmmm... tidak lantas begitu dong kesimpulannya...

Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa Allah sedang mencintai kita?

Mari Simak sebuah kisah Epik di bawah ini:

Ada Seorang wanita sholihah, ahli ibadah dan zuhud bernama Sya'wânah Al-'Âbidah rohimahalloh selalu menangis tiap malam hingga subuh dalam setiap munajatnya.

Kesholihan wanita ini masyhur dikalangan penduduk sekitarnya.

Salah satu doa yang sering beliau panjatkan adalah:

اللهم بحبك لي إلا ما غفرت لي

"Ya Allah dengan sebab cintaMu pada hamba, maka ampunilah segala dosa".
Diantara penduduk ada yang bertanya: "Darimana engkau tahu kalau Allah mencintaiMu?".
Sya'wânah menjawab: "Jika bukan karena cintaanNya padaku, tidak mungkin aku bisa bangun malam, sholat dan bermunajat padaNya".

    Baca juga : MERAIH CINTA ALLAH DENGAN CARA SILATURRAHIM

Sebuah pengakuan yang tulus, bahwa setiap ketaatan yang dilakukannya adalah bentuk anugerah, pertolongan dan karena Allah mencintaiNya.

Lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh.

(Kitab Tanbîh Al-Mughtarrîn).
Mochammad Fuady Abdullah.